Perusahaan teknologi asal Tiongkok, iFlytek, mengumumkan bahwa model AI terbarunya, Xinghuo X1, kini memiliki performa yang sebanding dengan model milik OpenAI dan DeepSeek. Yang membuat pencapaian ini menonjol: seluruh proses pelatihan dilakukan menggunakan chip buatan dalam negeri, yaitu Ascend 910B milik Huawei, tanpa dukungan Nvidia.
Pernyataan ini muncul di tengah ketegangan perdagangan teknologi antara Amerika Serikat dan Tiongkok, terutama setelah pemerintah AS memperketat ekspor chip AI canggih seperti Nvidia H20 ke Tiongkok.
Xinghuo X1 merupakan model bahasa besar (LLM) yang dirancang untuk dapat dikendalikan sepenuhnya dan tidak tergantung pada infrastruktur luar negeri. Dalam laporan keuangan yang dirilis Selasa lalu, pendiri iFlytek, Liu Qingfeng, menyebutkan bahwa kemampuan chip Ascend 910B kini telah meningkat secara signifikan. Jika sebelumnya efisiensinya hanya 20% dibandingkan chip Nvidia, kini telah naik hingga hampir 80%.
Kerja sama antara iFlytek dan Huawei untuk melatih Xinghuo X1 dimulai sejak pertengahan tahun lalu. Fokus mereka adalah mengatasi keterbatasan bandwidth interkoneksi yang selama ini menjadi kelemahan utama chip dalam negeri untuk pelatihan AI berskala besar.
Langkah Strategis untuk Kemandirian Teknologi
Menurut Liu, pengembangan model AI dengan platform komputasi lokal menjadi langkah penting dalam menghadapi ketidakpastian geopolitik. Ia mengatakan bahwa pembatasan ekspor chip dari AS akan semakin ketat ke depannya, dan sektor-sektor strategis di Tiongkok mulai memprioritaskan model AI yang mandiri dan dapat dikontrol sepenuhnya.
Liu juga menyebut bahwa apabila akses ke chip Nvidia benar-benar dihentikan, upaya iFlytek dalam membangun model AI dengan infrastruktur domestik akan menjadi “jaring pengaman” penting bagi negara.
Ekspansi Pasar dan Pendapatan iFlytek
Meski menghadapi tantangan global, iFlytek juga menargetkan pasar internasional. Perusahaan ini sebelumnya telah mendirikan kantor pusat internasional di Hong Kong untuk memperluas jangkauan layanan AI dan pengenalan suara, termasuk di bidang pendidikan.
Dalam laporan terbarunya, iFlytek mencatat pendapatan sebesar 23,34 miliar yuan (sekitar USD 3,1 miliar) sepanjang tahun 2024, naik hampir 19% dari tahun sebelumnya. Namun, laba bersih perusahaan turun 14,78%, dan harga saham ditutup turun tipis 0,44% pada hari yang sama.
Langkah iFlytek menunjukkan bagaimana perusahaan teknologi di Tiongkok berusaha beradaptasi dengan lanskap global yang berubah cepat, sekaligus memperkuat posisi mereka di tengah pembatasan teknologi dari luar negeri.