Pony.ai, perusahaan teknologi kendaraan otonom asal Cina, mengumumkan rencana ekspansi global layanan robotaxi miliknya. Langkah ini memanfaatkan biaya produksi yang lebih rendah berkat ekosistem industri otomotif Cina yang semakin matang.
Dalam wawancara di Shanghai Auto Show, CEO Pony.ai James Peng menyebutkan bahwa robotaxi milik perusahaannya 20-30 persen lebih murah dibandingkan dengan Waymo, unit kendaraan otonom milik Alphabet (induk Google). "Keunggulan terbesar kami dibandingkan dengan perusahaan seperti Waymo adalah kami jauh lebih terintegrasi," kata Peng. "Kami memiliki keunggulan berupa rantai pasokan dan ekosistem yang matang di Tiongkok."
Tiga Model Robotaxi Baru dan Sistem Autopilot Generasi Ketujuh
Pada pembukaan ajang otomotif terbesar di Cina tersebut, Pony.ai memperkenalkan sistem mengemudi otonom generasi ketujuh, sekaligus menampilkan tiga model robotaxi yang dikembangkan bersama Toyota Motor, BAIC Group, dan GAC Group.
Meski harga pastinya belum diumumkan, Pony.ai mengklaim telah memangkas biaya produksi hingga 70 persen dibandingkan generasi sebelumnya. Ini menjadi tonggak penting menuju produksi massal dalam beberapa tahun ke depan.
Peng menambahkan, skala produksi akan menjadi faktor penentu berikutnya di industri ini. “Saya pikir dalam dua hingga tiga tahun ke depan, peningkatan paling signifikan yang akan Anda lihat dalam industri ini adalah peningkatan skala,” ujarnya. Menurut Peng, produksi massal robotaxi akan dimulai pada kuartal ketiga 2025.
Target 15.000 Robotaxi Global dan Ekspansi Internasional
Saat ini, Pony.ai memiliki lebih dari 250 unit robotaxi dan hampir 200 truk otonom. Targetnya, perusahaan akan memperluas armada robotaxi menjadi 15.000 unit secara global pada 2028.
Pony.ai telah mengantongi izin uji coba untuk kendaraan otonom Level 4 di sejumlah negara. Terbaru, divisi Eropa perusahaan mendapat izin uji coba di Luksemburg, setelah sebelumnya berhasil mendapatkan izin di AS dan Korea Selatan. Di Cina sendiri, layanan robotaxi Pony.ai telah beroperasi di kota-kota besar seperti Beijing, Shanghai, Guangzhou, dan Shenzhen.
Selain itu, perusahaan juga membidik ekspansi ke pasar luar negeri, termasuk Hong Kong, Asia Tenggara, Jepang, Singapura, Australia, dan Timur Tengah. Di Hong Kong, layanan awal direncanakan untuk staf Bandara Internasional, meski belum ada jadwal peluncuran resmi. “Rencana kami adalah untuk mendapatkan pijakan di wilayah ini terlebih dahulu, seperti melempar anak panah ke sasaran,” kata Peng. Ia menambahkan bahwa ekspansi akan menyesuaikan dengan kesiapan tiap pasar, sambil terus menjalin kerja sama dengan regulator lokal.
Persaingan Semakin Ketat, Tapi Peluang Masih Terbuka
Pony.ai merupakan salah satu pemain utama di pasar robotaxi bersama WeRide dan Apollo Go milik Baidu. Menariknya, baik Pony.ai maupun WeRide didirikan oleh mantan insinyur Baidu.
Peng tidak khawatir soal persaingan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. “Saya yakin ini adalah pasar baru dengan potensi yang sangat besar, jadi pasar ini tentu memiliki ruang bagi banyak perusahaan, mungkin lebih dari beberapa perusahaan saja,” ujarnya. Dengan biaya produksi yang lebih efisien dan dukungan rantai pasok yang kuat, Pony.ai yakin mampu bersaing dalam pasar kendaraan otonom yang diprediksi akan berkembang pesat dalam beberapa tahun ke depan.