
- 4 hari lalu
Infinix Xpad GT hadir di Indonesia dengan layar 13 inci 144Hz, Snapdragon 888, baterai 10.000mAh, dan harga Rp6,4 juta.
Sebuah inovasi baru dalam eksplorasi luar angkasa telah muncul. Vermeer, produsen peralatan industri asal Iowa, baru saja memperkenalkan prototipe skala penuh excavator bulan. Ini adalah hasil kerjasama mereka dengan Interlune, sebuah startup yang didukung NASA.
Apa keistimewaan alat ini? Dirancang untuk menggali 100 ton metrik regolith bulan per jam, excavator ini bertujuan untuk mengekstraksi helium-3. Bagi yang belum familiar, helium-3 adalah isotop langka di Bumi namun diperkirakan melimpah di bulan, terperangkap dalam tanahnya selama miliaran tahun oleh angin matahari.
Mengapa helium-3 begitu penting? Substansi ini sangat berharga untuk produksi semikonduktor, teknologi serat optik, dan superkonduktor. Yang lebih menarik, helium-3 bisa menjadi kunci dalam pengembangan fusi nuklir sebuah sumber energi yang sering disebut sebagai 'Holy Grail' pembangkit listrik masa depan.
Rob Meyerson, CEO Interlune, menegaskan pentingnya keandalan peralatan di lingkungan bulan. "Ketika Anda mengoperasikan peralatan di Bulan, standar keandalan dan kinerja berada pada level yang sama sekali baru," ujarnya.
Namun, Vermeer dan Interlune bukan satu-satunya yang mengincar potensi ini. Komatsu, raksasa industri Jepang, juga sedang mengembangkan excavator bulan mereka sendiri. Prototipe Komatsu, yang dipamerkan di CES 2025, fokus pada penanganan suhu ekstrem dari +110°C hingga -170°C.
Meskipun demikian, proyek Vermeer-Interlune tampaknya lebih maju. Prototipe mereka berukuran lebih besar dan sudah dalam skala penuh, menunjukkan hasil yang menjanjikan melalui serangkaian pengujian. Interlune bahkan menargetkan misi ke bulan pada tahun 2030.
Gary Lai, co-founder dan CTO Interlune, menjelaskan tantangan proyek ini. "Penggalian dengan laju tinggi yang diperlukan untuk memanen helium-3 dari bulan dalam jumlah besar belum pernah dicoba sebelumnya, apalagi dengan efisiensi tinggi," katanya.
Perkembangan ini menandai awal dari industrialisasi bulan. Seperti halnya eksplorasi laut dalam atau pengeboran minyak di masa lalu, ini adalah frontier baru, namun kali ini di luar Bumi. Siapa yang menguasai cadangan helium-3 bisa mendapatkan keunggulan teknologi strategis, berpotensi mempengaruhi geopolitik global dan ekonomi energi.
Dengan semakin menipisnya cadangan helium di Bumi, industri teknologi dan energi terpaksa mencari alternatif. Inilah mengapa proyek seperti ini menjadi sangat penting. Jika berhasil, ini bisa menjadi game-changer untuk kebutuhan teknologi dan energi Bumi di masa depan.
Tantangan teknis tetap ada. Excavator harus bisa beroperasi secara otonom di lingkungan dengan suhu ekstrem dan kondisi vakum. Selain itu, karena tidak ada oksigen di permukaan bulan, mesin pembakaran internal tidak bisa digunakan. Solusinya adalah menggunakan mesin listrik, dengan pembangkit tenaga surya sebagai sumber listriknya.
Meskipun masih banyak rintangan yang harus diatasi, langkah-langkah awal ini menunjukkan bahwa pertambangan di bulan bukan lagi sekadar angan-angan. Dengan perkembangan teknologi yang pesat, kita mungkin akan menyaksikan era baru eksplorasi luar angkasa dalam waktu dekat.