
- sebulan lalu
Instagram hadirkan fitur dan program baru seperti Edits, Trial Reels, dan Drafts untuk mendukung kreator lebih bebas berekspresi tanpa tekanan.
Bayangkan jika baterai mobil listrik bisa memperbaiki dirinya sendiri ketika rusak. Kedengarannya seperti fiksi ilmiah? Ternyata tidak lagi.
Para ilmuwan sedang mengembangkan teknologi baterai self-healing yang dapat mendiagnosis kerusakan internal dan memulai proses perbaikan secara otomatis. Inovasi ini berpotensi menggandakan umur pakai kendaraan listrik.
"Memperpanjang umur baterai juga akan mengurangi jejak karbon EV, memberikan keuntungan ganda bagi konsumen dan lingkungan," ungkap para peneliti dalam siaran pers mereka.
Penelitian ini merupakan bagian dari inisiatif PHOENIX yang didanai Uni Eropa. Proyek kolaborasi melibatkan ilmuwan dari Swiss, Jerman, Belgia, Spanyol, dan Italia ini bertujuan menciptakan baterai tahan lama untuk mendukung target emisi nol pada 2035.
Johannes Ziegler, ilmuwan material dari Fraunhofer Institute Jerman, menjelaskan konsepnya: "Idenya adalah meningkatkan umur baterai dan mengurangi jejak karbonnya karena baterai yang sama bisa memperbaiki diri sehingga kebutuhan sumber daya secara keseluruhan berkurang."
Berbeda dengan Battery Management System (BMS) konvensional yang hanya memantau parameter dasar seperti suhu, voltase, dan arus, sistem PHOENIX menggunakan sensor internal yang lebih canggih.
Yves Stauffer, insinyur dari Swiss Centre for Electronics and Microtechnology (CSEM), menyebutkan: "Saat ini, yang bisa dideteksi sangat terbatas pada suhu umum, voltase dan arus. Selain memberikan estimasi ketersediaan energi yang tersisa, sistem ini memastikan keamanan."
Sistem PHOENIX mampu mendeteksi pembengkakan fisik, membuat peta panas internal, dan mengidentifikasi gas spesifik sebagai peringatan dini kerusakan baterai.
Ketika "otak" baterai memutuskan perbaikan diperlukan, mekanisme penyembuhan akan aktif. Ini bisa berupa penekanan baterai kembali ke bentuk semula atau penerapan panas terfokus untuk memicu mekanisme self-repair internal.
Para peneliti menguji beberapa metode. Liu Sufu, ahli kimia baterai dari CSEM, menjelaskan salah satunya: "Idenya adalah dengan perlakuan termal, beberapa ikatan kimia unik akan pulih kembali."
Teknik lain menggunakan medan magnet untuk memecah "dendrit", pertumbuhan logam yang bisa menyebabkan korsleting.
Menariknya, proyek ini tidak hanya fokus memperpanjang umur baterai. Tim juga mengembangkan baterai generasi berikutnya dengan kepadatan energi lebih tinggi menggunakan silikon pada anoda baterai.
"Kami mencoba mengembangkan baterai generasi berikutnya dengan kepadatan energi yang lebih tinggi," tambah Sufu. Silikon dapat menyimpan lebih banyak energi dibanding grafit standar, berpotensi menghasilkan mobil listrik lebih ringan dengan jangkauan lebih jauh.
Pada Maret 2025, penelitian mencapai tonggak penting ketika prototipe sensor dan trigger terbaru dikirim ke mitra untuk pengujian. Fase ini akan memvalidasi efektivitas teknologi tersebut.
Ziegler menutup dengan optimis: "Sangat menarik untuk memperpanjang umur baterai dan bekerja pada EV. Semuanya tentang menyatukan bagian-bagian tersebut."