
- 5 hari lalu
HONOR 400 resmi hadir di Eropa, membawa kamera AI 200MP, layar 5000nit, baterai 5300mAh, dan sistem operasi MagicOS 9.0 berbasis AI.
Tim peneliti dari Max Planck Institute for Medical Research telah mengungkapkan terobosan teknologi baterai yang menjanjikan peningkatan signifikan dalam kekuatan dan kepadatan energi. Penemuan ini berpotensi mengubah industri kendaraan listrik dan elektronik portabel.
Dipimpin oleh Direktur Max Planck, Joachim Spatz, tim peneliti menemukan bahwa penggunaan bulu logam sebagai material kontak pada elektroda baterai dapat mempercepat transportasi muatan secara dramatis. Teknologi ini memungkinkan pembuatan elektroda hingga sepuluh kali lebih tebal dari standar saat ini, yang berpotensi meningkatkan kepadatan energi hingga 85%.
Mekanisme baru yang ditemukan tim Spatz menunjukkan bahwa permukaan logam dapat berfungsi sebagai "jalan raya" untuk ion logam. Penelitian mereka membuktikan bahwa ion litium melepaskan selubung molekulnya pada permukaan tembaga, membentuk lapisan ganda listrik yang dikenal sebagai lapisan Helmholtz. "Menggunakan setup pengukuran khusus dan perhitungan teoritis, kami telah menunjukkan bahwa ion litium bergerak melalui lapisan Helmholtz sekitar 56 kali lebih cepat dibandingkan melalui elektrolit," jelas Spatz.
Desain elektroda inovatif ini menggunakan jaringan bulu logam dengan benang setebal beberapa perseratus milimeter yang disebar di antara material aktif. Pendekatan ini menciptakan jaringan suplai 3D untuk pembawa muatan, memungkinkan elektroda menjadi sepuluh kali lebih tebal namun tetap mempertahankan kemampuan pengisian dan pengosongan cepat yang cocok untuk mobil listrik.
Selain peningkatan kinerja, elektroda bulu baru ini juga menawarkan keuntungan manufaktur yang signifikan. Proses produksi yang kompleks dan terkadang beracun dalam penerapan lapisan tipis material aktif pada foil dapat digantikan dengan memasukkan material aktif ke dalam bulu dalam bentuk bubuk. "Dengan pengisian kering, kami mungkin dapat menghemat 30 hingga 40 persen biaya produksi, dan fasilitas produksi membutuhkan ruang sepertiga lebih sedikit," perkiraan Spatz.
Inovasi ini tidak hanya meningkatkan kinerja baterai, tetapi juga berpotensi menghemat biaya produksi dan ruang manufaktur. Spatz yakin terobosan ini dapat meningkatkan daya saing produsen dalam lanskap teknologi baterai yang berkembang pesat. "Dengan teknologi kami, kita memiliki kesempatan untuk mengejar ketertinggalan dari produsen Asia dan bahkan menjadi lebih baik," simpul Spatz.
Penemuan ini membuka jalan bagi pengembangan baterai yang lebih efisien dan bertenaga untuk berbagai aplikasi, mulai dari kendaraan listrik hingga perangkat elektronik portabel. Dengan potensi peningkatan kepadatan energi hingga 85%, teknologi ini mungkin akan mengubah cara kita memikirkan dan menggunakan baterai di masa depan.