Figma, startup perangkat lunak desain, baru saja meluncurkan fitur kecerdasan buatan yang dapat mengotomatisasi proses pembuatan website dan aplikasi. Fitur baru bernama "Figma Make" ini menjadi jawaban perusahaan terhadap meningkatnya popularitas tools "vibe-coding" yang dapat mengubah deskripsi singkat menjadi kode sumber untuk website.
Dalam beberapa bulan terakhir, raksasa teknologi seperti Google dan Microsoft telah memperkenalkan tools "vibe-coding" mereka sendiri. Tidak ketinggalan, OpenAI juga memasuki arena ini dengan melakukan pembicaraan akuisisi dengan startup Windsurf, serta berkomunikasi dengan Cursor di beberapa kesempatan, menurut laporan CNBC.
Langkah strategis ini berpotensi mendatangkan bisnis tambahan bagi Figma yang baru-baru ini mengajukan IPO (Initial Public Offering) secara rahasia bulan lalu.
Berbeda dengan banyak produk "vibe-coding" yang menawarkan tier gratis sebelum meminta pembayaran, Figma Make hanya tersedia bagi pengguna dengan langganan penuh yang dimulai dari $16 per orang per bulan jika dibeli secara tahunan. Saat ini, fitur tersebut masih dalam tahap beta testing bagi pengguna premium.
Pengguna dengan langganan premium umumnya bekerja untuk perusahaan yang menyimpan ukuran font, kombinasi warna, dan aset desain lainnya di Figma. Seiring waktu, fitur baru ini akan mampu menciptakan desain yang konsisten dengan sistem desain tersebut.
Figma Make memanfaatkan model AI Claude 3.7 Sonnet dari Anthropic. Bagi yang tidak ingin memulai dari nol, fitur ini dapat menerima file desain Figma sebagai input dan menghasilkan kode yang mendekati desain tersebut. Produk pihak ketiga seperti v0 dari Vercel dan Bolt.new dari StackBlitz menawarkan kemampuan serupa namun tidak dapat mewarisi sistem desain yang sudah ada.
Seperti banyak program "vibe-coding" lainnya, Figma Make menyediakan kotak chat untuk meminta dan menerima penyesuaian draft yang dihasilkan. Namun terkadang, perubahan sederhana seperti mengubah font adalah yang diperlukan. Menu dropdown untuk elemen spesifik memungkinkan perubahan cepat tanpa perlu berkonsultasi kembali dengan model AI.
Pelanggan yang mendapat akses awal ke Figma Make berhasil membuat video game, aplikasi pencatat, dan kalender personal, menurut juru bicara perusahaan.
Meski demikian, kehadiran AI tidak menghilangkan peran desainer dalam perusahaan. "Semakin waktu berjalan, semakin saya yakin akan peran desainer dan percaya bahwa ini akan menjadi salah satu peran kritis dalam membangun perangkat lunak di masa depan," ujar Dylan Field, co-founder dan CEO Figma, dalam percakapan dengan Garry Tan, presiden dan CEO Y Combinator.
Pada hari yang sama, Figma juga mengumumkan mulai menguji fitur Figma Sites yang juga memerlukan langganan penuh. Fitur ini dapat mengkonversi desain menjadi website yang berfungsi. Dukungan untuk generasi kode AI akan menyusul dalam beberapa minggu ke depan.