
- 2 bulan lalu
Mulai dari grup tanpa anggota hingga polling bergambar, WhatsApp hadirkan beragam fitur baru yang memperkaya interaksi digital.
Siapa sangka Meta bisa jadi penantang serius Apple dan Google dalam persaingan AI? Dengan 3,48 miliar pengguna aktif harian, raksasa media sosial ini punya modal besar yang mungkin terlewatkan banyak orang.
Clare Pleydell-Bouverie dari Liontrust Asset Management punya pandangan menarik soal ini. Menurutnya, Meta punya keunggulan distribusi luar biasa karena sudah ada di kantong miliaran pengguna setiap hari.
"Ini pertarungan sengit di kalangan Big Tech untuk menjadi antarmuka utama AI," ungkap Pleydell-Bouverie kepada CNBC pekan ini. Meta sudah mendapat perhatian pengguna—sesuatu yang sulit didapat perusahaan lain.
Data terbaru menunjukkan pengguna aktif harian Meta mencapai 3,48 miliar pada Juni lalu. Angka fantastis yang jadi modal berharga dalam pertarungan AI.
Meta tak lagi ingin dikenal sebagai perusahaan media sosial biasa. Mereka berinvestasi miliaran dolar untuk infrastruktur AI seperti pusat data dan chip canggih. Bahkan rela membayar mahal untuk merekrut talenta terbaik.
Juni lalu, Mark Zuckerberg mengumumkan pembentukan Meta Superintelligence Labs. Divisi khusus ini bakal memimpin semua upaya AI perusahaan ke depan.
Selama ini, fokus AI Meta memang masih seputar meningkatkan iklan dan engagement di Facebook atau Instagram. Tapi mereka sudah meluncurkan Meta AI chatbot yang terintegrasi di WhatsApp dan Instagram untuk pengguna umum.
Persaingan chatbot AI memang makin seru. Ada ChatGPT dari OpenAI, Claude dari Anthropic, hingga Google Gemini yang berlomba merebut hati pengguna.
Pleydell-Bouverie yakin Meta punya keunggulan tersendiri. Kuncinya ada pada data personal yang mereka miliki dari berbagai aplikasi.
"Semua tahu data proprietary itu aset penting untuk AI. Tapi tidak semua data punya nilai sama," jelasnya. Meta punya data komunikasi dan postingan media sosial dari 3,4 miliar pengguna data personal paling update yang ada saat ini.
Platform Meta jadi tempat data personal real-time disimpan dan ditransaksikan setiap hari. Ini modal besar untuk mengembangkan "AI personal" yang lebih canggih.
"Pertarungan menjadi antarmuka AI bergantung pada kemampuan menghadirkan AI yang personal," tambah Pleydell-Bouverie.
Meskipun begitu, Meta menghadapi tantangan besar. Mereka harus bersaing dengan sistem operasi mapan milik perusahaan teknologi lain.
Smartphone masih jadi perangkat utama untuk mengakses AI. Di sinilah pengembang sistem operasi seperti Apple dan Google punya keuntungan.
Ben Barringer dari Quilter Cheviot melihat masalah fundamental Meta. "Mereka tidak punya platform seperti Microsoft atau Apple hanya kumpulan aplikasi yang berjalan di sistem operasi milik orang lain," katanya lewat email ke CNBC.
Google, Apple, dan Microsoft bisa lebih mudah mendorong tools AI mereka ke pengguna. Sesuatu yang sulit dilakukan Meta.
Ian Fogg dari CCS Insight punya pandangan serupa tentang tantangan Meta di ruang konsumen. "Ide tentang personal intelligence butuh pemahaman mendalam soal data individu untuk menyesuaikan AI," ujarnya.
Sistem operasi punya akses langsung ke kebiasaan pengguna—mulai dari cara berinteraksi dengan aplikasi hingga pola penggunaan perangkat. Ini jelas keuntungan besar bagi Gemini atau produk AI Apple nantinya.
Di sisi lain, investor mulai khawatir dengan strategi AI Apple yang terkesan lambat. Apalagi Jony Ive, mantan kepala desain Apple, kini bergabung dengan OpenAI untuk mengembangkan perangkat pesaing iPhone.
Pleydell-Bouverie optimis status quo bakal berubah drastis. Meski Microsoft, Apple, dan Google mendominasi sistem operasi saat ini, masa depan bisa berbeda.
"Sistem operasi masa depan pada dasarnya akan menjadi OS untuk agential AI, yang sama sekali berbeda dengan OS aplikasi tradisional," prediksinya.
Agential AI mengacu pada chatbot yang bisa melakukan tugas atas nama pengguna layaknya asisten digital sungguhan.
Ini menjelaskan mengapa Facebook rebranding jadi Meta pada 2021. Fokus mereka ke "metaverse" dunia digital tempat avatar bersosialisasi, bermain, dan berbelanja. Bisa diakses lewat headset VR Meta atau browser web biasa.
Memang konsep ini belum lepas landas. Divisi Reality Labs Meta masih merugi miliaran dolar per kuartal. Tapi Barringer melihat ini sebagai upaya Meta menciptakan OS sendiri.
"Sebagian alasan Zuckerberg mengembangkan Metaverse adalah agar perusahaan punya platform sendiri. Produk mereka bisa langsung di depan pelanggan, bukan harus dicari dulu," analisis Barringer.
Pertarungan menjadi raja AI di perangkat kita masih panjang. Meta punya modal data personal yang luar biasa. Tapi Apple dan Google punya kendali sistem operasi.
Menariknya, justru persaingan ketat ini yang bakal mendorong inovasi AI lebih cepat. Pengguna akhirnya yang diuntungkan dengan pilihan AI personal yang makin canggih dan berguna.