Harga Dogecoin (DOGE) merosot 3% dalam 24 jam terakhir, sementara Bitcoin (BTC) dan Ether (ETH) cenderung stagnan. Penurunan ini terjadi meski kekhawatiran atas kebijakan tarif perdagangan mulai mereda di kalangan pelaku pasar. Namun, meningkatnya kekhawatiran terhadap potensi resesi di Amerika Serikat kini menjadi sorotan utama.
“Sejumlah tokoh keuangan terkemuka mulai memperingatkan bahwa AS kemungkinan akan memasuki resesi dalam waktu dekat. Pasar taruhan bahkan menilai probabilitas resesi di tahun 2025 berada di kisaran 40% hingga 60%,” ujar Augustine Fan, Kepala Riset di SignalPlus, melalui pesan Telegram kepada CoinDesk. “Namun menurut kami, persepsi pasar lebih sering membentuk realita ketimbang sebaliknya.”
Fan menambahkan, kondisi ini justru menguntungkan aset kripto seperti Bitcoin, karena volatilitas pasar saham lebih tinggi dibanding BTC saat ini. “Kebijakan proteksionis antar negara telah mendorong harga emas ke rekor tertinggi, sementara Bitcoin kembali menguat sebagai aset lindung nilai,” ujarnya.
Data CoinDesk 20 (CD20) mencatat penurunan hampir 2% untuk aset kripto utama, dengan DOGE memimpin penurunan. Solana (SOL), Tron (TRX), dan Cardano (ADA) masing-masing turun hingga 2,5%, sedangkan BNB dan XRP tidak banyak mengalami perubahan. Sementara itu, Bitcoin masih bertahan di kisaran US$85.000.
Token OM milik Mantra melonjak 20% menjadi US$0,63 setelah sempat anjlok 90% dalam satu jam pada Minggu malam. CEO Mantra menyatakan pihaknya tengah menyiapkan rencana pemulihan, namun pelaku pasar masih bersikap hati-hati terhadap janji tersebut.
Token IP dari Story Protocol sempat anjlok 20% sebelum melesat lebih dari 30% dalam waktu beberapa jam pada Senin malam, memunculkan kekhawatiran akan skenario serupa seperti OM di kalangan komunitas kripto.
Di sisi lain, token VeThor (VTHO) melejit 37% usai CEO UFC, Dana White, diumumkan sebagai penasihat strategis proyek tersebut. Langkah ini meningkatkan ekspektasi adopsi dan pengakuan publik terhadap token yang berfokus pada aset dunia nyata (RWA).
"Kami sangat antusias menyambut @danawhite sebagai penasihat resmi VeChain. Kami yakin akan mencapai kesuksesan bersama," tulis akun resmi @vechainofficial, Senin (14/4).
Sementara itu, perusahaan investasi kripto QCP Capital yang berbasis di Singapura melaporkan bahwa risk reversal Bitcoin masih condong ke arah opsi jual hingga Juni, menunjukkan kehati-hatian investor dalam jangka pendek.
“Meski begitu, sentimen jangka menengah mulai membaik. Kami mencatat adanya pembelian besar untuk kontrak call BTC senilai US$100.000 dengan jatuh tempo Maret 2026. Saat ini, BTC masih berkonsolidasi dalam rentang US$80.000 hingga US$90.000, menunggu kejelasan soal kebijakan tarif,” jelas QCP.
Kontrak opsi call Bitcoin pada level US$100.000 kini menjadi yang paling banyak diminati, dengan nilai terbuka (open interest) mendekati US$1,2 miliar, menurut laporan CoinDesk.
Di tengah ketidakpastian, beberapa analis menilai tekanan jual terkait tarif perdagangan kemungkinan telah berlalu.
“Tren kenaikan saat ini turut diperkuat oleh pernyataan The Fed yang menyatakan siap mengambil langkah stabilisasi pasar jika situasi krisis tarif memburuk,” kata Jupiter Zheng, mitra dana likuid dan riset di HashKey Capital.
“Kami optimistis bahwa masa paling bergejolak sudah dilewati, seiring berjalannya negosiasi dagang antara AS dan negara mitra,” pungkas Zheng.