
- 4 bulan lalu
DANA dan Trimegah Sekuritas hadirkan fitur pembelian SBN Ritel langsung di aplikasi, permudah akses investasi untuk masyarakat luas.
Jensen Huang, CEO NVIDIA, baru saja memberikan pernyataan mengejutkan tentang perlombaan AI antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Menurutnya, persaingan ini jauh dari selesai dan bisa menentukan masa depan ekonomi global.
Dalam wawancara eksklusif dengan CNBC, Huang mengungkapkan bahwa Tiongkok telah membuat kemajuan pesat dalam bidang AI, meskipun menghadapi sanksi dari AS. Ini menunjukkan bahwa embargo teknologi tidak sepenuhnya menghentikan inovasi di Tiongkok.
Huang juga menanggapi kemungkinan kembalinya Donald Trump ke kekuasaan. Menurutnya, kebijakan perdagangan yang lebih ketat bisa memperlambat, tapi tidak menghentikan kemajuan AI Tiongkok.
Menurut Huang, Tiongkok telah mengembangkan ekosistem AI yang cukup mandiri. Perusahaan seperti Tencent, Alibaba, dan Baidu telah menciptakan model AI yang kompetitif.
Meskipun embargo chip membatasi akses ke hardware terbaru, perusahaan Tiongkok telah menemukan cara untuk mengoptimalkan penggunaan chip yang tersedia. Mereka juga mengembangkan chip sendiri, meskipun masih tertinggal dari NVIDIA.
Huang menyoroti bahwa Tiongkok memiliki keunggulan dalam data. Dengan populasi yang besar dan penggunaan teknologi yang masif, perusahaan Tiongkok memiliki akses ke dataset yang sangat besar untuk melatih model AI.
Embargo chip yang diterapkan oleh pemerintahan Biden dan diperkirakan akan diperketat di bawah Trump telah memaksa perusahaan Tiongkok untuk berinovasi.
Huang mengatakan bahwa embargo ini memiliki efek samping yang tidak diharapkan. Alih-alih menghentikan kemajuan, embargo justru mendorong Tiongkok untuk mengembangkan solusi domestik.
Namun, Huang juga mengakui bahwa embargo telah memperlambat kemajuan AI Tiongkok, terutama dalam melatih model yang sangat besar yang membutuhkan chip paling canggih.
Huang memprediksi bahwa perlombaan AI akan semakin intensif dalam beberapa tahun ke depan. Kedua negara akan berinvestasi besar dalam infrastruktur, penelitian, dan pengembangan AI.
Menurutnya, pemenang dalam perlombaan ini tidak hanya akan mendominasi ekonomi digital, tapi juga memiliki pengaruh besar dalam geopolitik global.
Huang menekankan bahwa kolaborasi internasional masih penting. Meskipun ada persaingan, isu global seperti perubahan iklim dan kesehatan memerlukan kerja sama dalam pengembangan AI.
Di tengah tensi geopolitik, NVIDIA mencoba menjaga keseimbangan. Perusahaan ini tetap memasok chip ke Tiongkok, namun versi yang lebih lambat sesuai dengan regulasi AS.
Huang mengungkapkan bahwa NVIDIA sedang mengembangkan chip khusus untuk pasar Tiongkok yang mematuhi regulasi AS namun tetap kompetitif. Ini adalah strategi untuk mempertahankan pangsa pasar di Tiongkok.
NVIDIA juga berinvestasi dalam pengembangan AI di negara lain, seperti India dan Eropa, untuk mengurangi ketergantungan pada pasar AS dan Tiongkok.
Pernyataan Huang menyoroti kompleksitas industri AI global. Persaingan antara AS dan Tiongkok tidak hanya tentang teknologi, tapi juga tentang ekonomi, politik, dan keamanan nasional.
Bagi perusahaan teknologi lain, ini adalah tantangan. Mereka harus menavigasi regulasi yang kompleks sambil tetap berinovasi dan bersaing di pasar global.
Bagi pengembang dan peneliti AI, ini bisa berarti lebih banyak peluang pendanaan dan sumber daya, tapi juga lebih banyak batasan geopolitik.